Surah Al-Isra, atau dikenal juga sebagai Bani Israil, adalah surah ke-17 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surah ini sarat dengan pelajaran penting mengenai sejarah umat terdahulu, etika sosial, hingga peringatan ilahi. Salah satu ayat yang sering menjadi perhatian karena mengandung janji dan peringatan tegas adalah ayat kesepuluh, yaitu Surat Al-Isra ayat 10.
Ayat ini seringkali dikutip dalam konteks memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman yang teguh pendirian, sekaligus memberikan peringatan keras kepada mereka yang menolak kebenaran atau berbuat kerusakan di muka bumi. Memahami konteks ayat ini sangat krusial agar maknanya tidak disalahartikan.
Berikut adalah teks dari Surat Al-Isra ayat 10, sebagaimana tercantum dalam mushaf Al-Qur'an:
Latin: Wa yubasysyiril-mu'miniinallaziina ya’maluunash-shoolihaati anna lahum ajron hasanaa.
Artinya: "Dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka disediakan pahala yang baik."
Perlu dicatat bahwa ayat 10 ini seringkali dibaca bersamaan dengan kelanjutannya (ayat 11 dan 12) yang berisi peringatan. Namun, fokus pembahasan kita di sini adalah pada janji indah yang terkandung dalam ayat ke-10 ini.
Frasa kunci dalam Surat Al-Isra ayat 10 adalah "yubasysyir" (memberikan kabar gembira) dan "amal saleh" (perbuatan baik). Ayat ini menekankan bahwa janji kebahagiaan surgawi bukanlah sekadar klaim kosong, melainkan sebuah kepastian bagi mereka yang memenuhi syarat.
Allah menggunakan kata "yubasysyir" yang berarti menyampaikan kabar gembira dengan cara yang membuat hati merasa lega dan bahagia. Ini menunjukkan bahwa janji Allah datang bukan dengan paksaan, melainkan dengan undangan yang penuh kasih sayang. Bagi seorang mukmin, kabar gembira ini berfungsi sebagai suntikan semangat untuk terus beribadah dan beramal di tengah tantangan dunia.
Kunci utama penerima kabar gembira ini adalah mereka yang secara aktif mengerjakan amal saleh. Amal saleh mencakup segala perbuatan baik yang diperintahkan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, meliputi ibadah ritual (shalat, puasa, zakat), muamalah (interaksi sosial yang jujur), hingga berbuat baik kepada sesama makhluk.
Penting untuk digarisbawahi bahwa amal saleh harus didasari oleh keimanan (menjadi mukminin). Amal tanpa iman, dalam pandangan syariat, tidak akan mendapatkan balasan sebagaimana yang dijanjikan dalam ayat ini. Iman adalah fondasinya, dan amal saleh adalah pembangunannya.
Imbalan yang dijanjikan adalah "ajran hasanan", yaitu pahala yang baik. Dalam konteks Al-Qur'an, deskripsi "baik" ini seringkali melampaui apa yang bisa dibayangkan oleh akal manusia di dunia. Pahala yang baik di sini merujuk kepada kenikmatan abadi di akhirat, surga yang penuh keridhaan dan kebahagiaan sejati. Ayat ini menegaskan bahwa setiap tetes keringat dan usaha yang dilakukan di jalan ketaatan akan dibalas dengan setimpal, bahkan jauh melebihi ekspektasi.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang seringkali mengutamakan kesenangan sesaat dan keuntungan materi, Surat Al-Isra ayat 10 berfungsi sebagai pengingat akan prioritas sejati. Ayat ini mengajarkan tentang pentingnya keseimbangan antara usaha duniawi dan persiapan ukhrawi.
Banyak orang merasa lelah atau putus asa ketika melihat hasil amal baiknya belum langsung terlihat di dunia. Ayat ini menenangkan jiwa dengan janji bahwa Allah telah menyiapkan ganjaran terbaik. Tugas mukmin adalah konsisten dalam kebajikan (istiqomah), sementara Allah yang menjamin kualitas dan kuantitas balasannya. Dengan memahami ayat ini, seorang muslim termotivasi untuk menjadikan amal saleh sebagai gaya hidup, bukan sekadar kegiatan musiman.